Mahasiswa/i Berbicara

Tempat para mahasiswa/i ekonomi di seluruh Indonesia berbagi mengenai sudut pandang yang membangun

3/06/2009

Bisnis vs Ekonomi

Posted by Adrian Rizki Chandra |

Coba saja, tanyakan apa arti ekonomi dan bisnis kepada para awam maupun para mahasiswa. Belum tentu mereka dengan tepat dapat mengelaborasikan arti kata yang terlihat sederhana tersebut. Secara teoritis, ekonomi dan bisnis merupakan dua terminologi yang berbeda namun kerap kali diartikan serupa.



Apa arti holistik dari kata ekonomi? Sejatinya, ekonomi adalah sebuah ilmu yang mendalami perilaku alokasi suatu hal yang terbatas jumlahnya dengan kebutuhan yang tidak terbatas. Manusia memiliki keinginan yang tak terhingga jumlahnya. Keinginan manusia dipetakan secara seksama oleh beberapa ekonom, filsuf, maupun psikolog melalui banyak teori seperti contohnya teori kebutuhan Maslowe, teori motivasi, teori preferensi, dan masih banyak lagi.



Bisnis di lain sisi merupakan sebuah derivatif dari ekonomi. Di mana ekonomi menjelaskan dua mata pedang dari keinginan dan keterbatasan, bisnis mempelajari bagaimana cara menciptakan sebuah nilai. Barang disebut bernilai jika barang tersebut memiliki sebuah kegunaan. Penciptaan nilai ini tidak terbatas pada penciptaan nilai tambah bagi sang pembuat yang dicitrakan sebagai profit atau keuntungan semata.



Kegiatan penciptaan nilai seharusnya dirasakan bagi semua pihak yang terlibat dalam proses tersebut. Potret realistis dari kegiatan ini adalah contohnya seorang petani. Petani disebut pebisnis bila, mereka berhasil menciptakan suatu nilai bagi tanah di mana ia menanam, orang yang menerima hail taninya, orang yang mengantarkan hasil tani dari petani ke orang yang membutuhkan hasil tani, masyarakat sekitar di mana ia bertani, dan pastinya dirinya sendiri. Satu catur keluarga di Kalimantan, misalnya, menanam kelapa sawit di lahan milik tuan tanahnya. Ia telah menanam kelapa sawit selama tiga tahun hingga tanaman tersebut mulai menghasilkan. Pekerjaan ini dinilainya telah memberikan nilai tambah baginya karena kegiatan bertani tadi memberikan dirinya gaji harian untuk menghidup keluarganya. Hasil dari lahan tersebut dijual ke seorang pengumpul hasil tani di pasar dekat desanya.



Seorang apakah kepala keluarga itu? Seorang petani, bukan seorang pebisnis. Penciptaan nilai yang ia lakukan belumlah sempurna untuk disebut seorang pebisnis. Pebisnis menciptakan nilai juga bagi lahan dan masyarakat sekitarnya. Pohon kelapa sawit terkenal sebagai tanaman yang ‘jahat’ karena sifat egois atas zat hara yang mereka miliki, terlebih tanah yang ditinggalkan setelah pohon itu habis masa produktifnya merupakan tanah mati yang tidak bisa ditanami tanaman lain. Seorang pebisnis harus memiliki visi atas siklus bisnisnya agar dapat terus produktif. Di dunia bisnis, hal ini kerap kali disebut sebagai Riset dan Pengembangan (RisTek). Solusinya adalah petani itu harus memikirkan solusi kreatif agar zat hara pada tanah dapat terus ada. Satu contoh kuncinya adalah dengan memancing lebih banyak mikroba yang dapat menciptakan siklus N. banyak cara lain yang dapat dimanfaatkan oleh petani yang hampir menjadi pebisnis itu.



Bagaimana menciptakan nilai bagi masyarakat sekitar? Pada dunia bisnis, terminologi tanggung jawab perusahaan atau CSR mulai kerap diperbincangkan. Tapi bagaimanakah bentuk CSR yang kerap kali disalahartikan? CSR menurut dunia akademis adalah sebuah tindakan memberi kembali kepada masyarakat sekitar. Memberi kembali dalam arti melakukan suatu kegiatan yang menguntungkan masyarakat sehingga dapat membantu kegiatan inti dari bisnis tersebut. Dalam ilustrasi petani di atas, CSR dapat digambarkan dengan petani tersebut memberikan bantuan pengetahuan maupun pembimbingan bagi masyarakat sekitar mengenai cara menciptakan media pencipta mikroba tersebut. Sehingga nantinya masyarakat sekitar dapat menjual sediaan tersebut dan sang petani dapat membelinya di kemudiaan hari.



Tidak ada yang dirugikan di sini. Ilustrasi ini merupakan contoh apa yang telah berhasil dilakukan oleh sebuah perusahaan multinasional di Indonesia yang bergerak di banyak bidang terutama otomotif. Minimnya jumlah pebisnis berbasis pertanian menjadikan Indonesia yang mengaku negara agraris ini kalah dengan negara agraris lainnya seperti Thailand.Pada dasarnya, jika para orang mengatakan kebijakan pemerintah yang menyebabkan keadaan seperti ini terjadi, pernyataan tersebut kuranglah tepat. Kesadaran akan kewirausahaan lah yang menjadi kunci karena pebisnis memiliki kemampuan untuk menemukan kesempatan dalam kesempitan. Apakah Anda seorang pebisnis atau seorang petani?

0 comments: