Mahasiswa/i Berbicara

Tempat para mahasiswa/i ekonomi di seluruh Indonesia berbagi mengenai sudut pandang yang membangun

9/17/2009

Perspektif Modern Pemasaran-Keuangan

Posted by Adrian Rizki Chandra |



Image and video hosting by TinyPic

8/02/2009

Pendidikan: Filantropi atau bisnis?

Posted by Adrian Rizki Chandra |

Banyak perbincangan mengenai esensi dari institusi pendidikan. Beberapa pihak mengatakan bahwa pendidikan adalah sebuah organisasi non-profit yang bergerak di bidang pendidikan yang bersifat filantropi, sementara pihak yang lain menyatakan bahwa institusi pendidikan merupakan sebuah badan usaha jasa seperti pada badan usaha pada umumnya yang menjual jasa pendidikan. Bagaimana dampak dari perbedaan pendapat mengenai keduanya?


Perguruan Tinggi sebagai Filantropi

Terminologi Filantropi berarti sebuah usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup orang banyak dan dalam kasus ini melalui pendidikan. Tujuan dasar institusi pendidikan di Indonesia diatur oleh negara yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat.

Ketika filantropi dikaitkan dengan institusi pendidikan, perguruan tinggi memiliki prioritas untuk menyalurkan pendidikan kepada masyarakat atas dasar humanis. Dalam bahasa bisnis, perguruan tinggi merupakan suatu cost-centre yang berarti suatu unit usaha yang mengeluarkan biaya namun memiliki tujuan secara tidak langsung untuk mendukung kelangsungan hidup badan usaha tersebut. Sayangnya generalisasi yang terjadi pada persepsi cost-centre di Indonesia adalah bahwa unit tersebut kurang dioptimalkan akuntabilitasnya. Hal ini berarti kurangnya fokus optimalisasi unit tersebut untuk menghasilkan keuntungan bagi badan usaha tersebut. Contoh nyata dari pernyataan di atas adalah bahwa perguruan tinggi di Indonesia dipegang oleh yayasan atau negara.

Kenyataan tersebut dikonfirmasi secara tidak langsung dengan bukti dari wawancara tidak formal yang pernah saya lakukan dengan beberapa dosen perguruan tinggi di Jakarta dan Bandung. Waktu itu saya bertanya mengenai siapa pasar dari perguruan tinggi. Pertanyaan tersebut dijawab secara gamblang oleh dosen-dosen tersebut dengan sebuah jawaban yang menurut saya kurang cocok, mahasiswa.

Perguruan Tinggi sebagai Badan Usaha Jasa

Pemikiran lain mengenai hal ini adalah bahwa perguruan tinggi adalah suatu badan usaha yang menyiapkan produk mereka yaitu mahasiswa untuk siap dipasarkan kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Slogan umum yang tepat untuk pernyataan ini adalah “lulusan siap kerja”. Namun apakah slogan ini sesuai dengan kenyataan yang ada? Perlu diketahui tingkat pengangguran di Indonesia untuk lulusan perguruan tinggi strata satu adalah yang terbanyak dibandingkan dengan pengangguran lulusan SMU dan setara yang lain.

Dampak dari pemikiran seperti di atas adalah perguruan tinggi berusaha mempersiapkan lulusan-lulusan mereka dengan kemampuan aplikatif dan teoritis yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang dibutuhkan permintaan pasar.

Kembali ke Diri Sendiri

Terlepas dari esensi utama perguruan tinggi tersebut, kita sebagai produk dari institusi pendidikan tersebut perlu menyadari pentingnya pemahaman mengenai permintaan perusahaan atas lulusan strata satu. Apakah kita sudah mengetahui mimpi kita dan cara mencapainya? Mau menjadi apakah kita satu, tiga, lima, dan sepuluh tahun ke depan? Jika sudah, bagus! Jika tidak, bagaimana?

6/03/2009

Andaikan negara menjadi sebuah perusahaan

Posted by .hansreza. |

Penulisan ini terbesit gara2 sekarang2 ini mendekati pilpres juli nanti. Disaat yang bersamaan, beberapa mahasiswa di instutusi dimana saya bernaung akan menghadapi sidang tugas akhir atau biasa disebut ujian kompre. Dan saya juga terlibat di dalamnya. Maksudnya sekarang saya juga lagi nyambi untuk ngerjain tugas akhir proyek bisnis. Ahahahaha

Lalu, karena lebih dari setengah fikiran saya tertuju pada laporan akhir proyek bisnis dan beberapa bagian yang sangat kecil dari fikiran saya sedang berfikir akan memilih presiden mana yang akan dipilih nanti, tiba2 saya berfikir coba negara ini berjalan seperti layaknya sebuah perusahaan.

PT Indonesia Raya saya namakan. Dengan CEOnya adalah Seorang Presiden. Sebagai sebuah perusahaan pastinya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan memuaskan para shareholder nya. Kemudian para gubernur provinsi menjabat sebagai kepala cabang yang bertugas untuk mengontrol berjalanya para perwakilan perusahaan di beberapa daerah yang ditunjuk.

Sebagai ujung tombak perusahaan dalam pencitraan perusahaan di mata konsumen(branding) adalah para duta besar, departemen luar negri dan pariwisata. Mereka mencari apa yang dibutuhkan dan kemudian mencitrakan Indonesia sebagai perusahaan yang baik dan terpandang agar para konsumen berani mengorbankan sesuatu untuk didapat(Value>risk).

Human Resources dikendalikan mungkin oleh DPR. Mereka yang membuat peraturan, Standard Operating Procedure dan juga yang menilai seberapa efektifkah kinerja para tenaga kerja. Beberapa lembaga seperti KPK, BPK dan beberapa LSM yang sifatnya mengawasi, berperan sebagai Quality Control dan juga auditor bagi perusahaan sehingga setiap yang terlewat ataupun di luar prosedur akan cepat terdeteksi.

Masalah keuangan tentunya kita percaya pada departemen keuangan dan Bank Indonesia dalam mengatur cashflow perushaan dan juga membuat strategi jangka panjang(fiancial projection).

Beberapa departemen seperti perindustrian, perdagangan, kelautan, pertanian, kehutanan, ESDM dan beberapa departemen lainnya mengatur masalah operasional perusahaan. Merekalah yang membuat produk dari perusahaan mencapai standard Internasional, mendapatkan ISO bahkan mendekati Six Sigma.

Dimanakah letak atau peran kita semua(masyarakat)? Ya,, mungkin sudah mulai menerka nerka, kita adalah para shareholders yang menjadi tujuan perusahaan. Memaksimalkan keuntungan untuk para shareholders adalah hal utama yang menjadi pegangan perusahaan dalam kegiatannya.

Seandainya berjalan sebagai mana mestinya, sebuah perusahaan tidak hanya membuat salah satu bagian menjadi makmur melainkan semua para stakeholdersnya. Semua bagian haruslah bekerja sama di dalam mencapai tujuan. Para shareholders juga tidak hanya tinggal diam untuk mendapatkan keuntungan(layaknya BLT). Teteapi, para shareholders juga haruslah aktif dalam mengawasi, menentukan ke arah mana perusahaan akan berjalan. Bukan hanya saling menyalahkan.

only god knows why
wallahulam......

5/11/2009

Bukan Inovasi Biasa

Posted by Adrian Rizki Chandra |


Kata Inovasi dalam bisnis sudah bukan hal yang baru lagi. Dalam teori bisnis, inovasi dibagi menjadi dua yakni inovasi produk maupun inovasi proses. Kali ini saya ingin sedikit bercerita mengenai inovasi proses yang baru.

Inovasi proses kerap kali dilakukan pada area proses produksi dan pemasaran. Satu contoh yang menarik adalah inovasi yang dilakukan oleh Google Inc. Perusahaan terkemuka ini melakukan inovasi dalam lingkup Recruitment Process.



Image and video hosting by TinyPic


Ini adalah sebuah kuis kecil bagi para cendikiawan yang benar-benar memiliki kompetensi di bidang aplikasi matematika untuk pemrograman. Bagi mereka yang mampu memecahkan teka-teki ini akan menemukan sebuah alamat situs lowongan pekerjaan di Google Inc. Ini adalah satu tahap saringan lamaran pekerjaan. Inspiratif begitu kata National Geographic mengenai strategi recruitment perusahaan online asal negara Paman Sam ini.

4/21/2009

Konsumsi dan konsumsi

Posted by .hansreza. |

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2009 di Atas 4%...

Weeewww.. headline yang mencengangkan yang ada di detikfinance.com sekitar jam 11 malem...
Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi di atas 4% atau jauh mengungguli perkiraan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Jepang contohnya masih diprediksi bakalan stagnan, amerika dan beberapa negara eropa bahkan diprediksi dibawah 1 % atau bahkan defisit.

Jadi inget waktu semester 3, ada model Y = G + I + C + Xm -Im
dimana y itu national income, g= govenment spending, I=Investment, C= Consumption dan xm -im itu selisih antara ekspor impor(net ekspor) atau yang ada di account balance of payment. Formula itu mungkin bisa menjadi landasan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Indonesia kembali didominasi oleh konsumsi sebagai kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi. Sangat wajar, dimana di kuartal pertama 2009 ini beribu2 caleg berlomba lomba untuk mendapatkan kursi di lembaga yang sangat diagungkan. Terjadi multiplier effect disini, dimana tingkat konsumsi terutama papan(sandang,pangan,papan) sangat tinggi. Spanduk, kaos, tukang foto, tukang print, digital printing, tukang parkir digital printing, abang2 baso yang ada di digital printing, tukang roko, pengemis mengalami kecipratan dari maraknya pesta demokrasi ini.

Jika dilihat lebih dalam lagi, di bulan Januari memang tradisinya banyak yang baru2. Tahun baru, ada yang beli baju baru, sepatu baru, parfum baru udah kaya lebaran. Sungguh beruntunglah para produsen yang mempunyai banyak kesempatan dari lifecycle orang Indonesia. Kembali, konsumsi, konsumsi dan konsumsi. Apalagi 3 Januari ada di awal tahun juga(hahahaha, sorry rada pribadi).

Di lain sisi, ekspor
dibandingkan kuartal 1 2008 dengan kuartal I 2009 mengalami negative growth 38,8% dan untuk ekspor non migas minus 32,5%.(inilah.com). Memang sih blom ada data BOP kuartal 1 2009 yang dipublikasikan oleh BI.

Mungkin disini saya belum terlalu memperdalam pada sisi government spending dan investment karena..yaaa..namanya juga mahasiswa. Tapi secara general, mungkin salah satu komponen tersebut yaitu government spending juga mengalami peningkatan. Investment? silahkan liat sendiri performa IHSG yang kebanyakan hot money dan bandingkan dengan investasi lainnya(FDI dan lainnya).

Konsumtif. Itulah yang pasti ada di benak kita secara tidak sadar. Sama seperti saya, konsumtif melakukan penulisan di blog ini tanpa memperhatikan nasib BP saya. Hahahahaha....

Mungkin ada yang bertanya tanya inikah realita ekonomi ataukah tampilan angka semata. Kita semua cuma bisa berandai andai. Sama kaya komentator bola yang memprediksi jika tim ini menerapkan strategi ini pasti bakalan menang. Sama juga kaya komentator reality show idola instant yang bilang ookkaayy performa yang memuaskan dan anda sangat pantas maju ke babak berikutnya. Dan juga beberapa komentator2 yang ada di TV yang semua bicara kalau, jika, misalkan, andaikan, coba, kemungkinan.

Tapi dari headline yang wow ini, sadar ga sadar kita juga berperan juga loh...Namun, intinya adalah apakah konsumsi yang kita lakukan adalah konsumsi dalam negri??? apakah baju atau yang kita pakai produksi dalam negri??? apakah makanan dan minuman yang kita konsumsi kebanyakan adalah dari negri Indonesia???
Jika jawabanya iya,,kita boleh bangga dengan predikat konsumtif yang melekat pada kita
Jika tidak..?????

only god knows why...

4/20/2009

blogger

Posted by .hansreza. |


Hmmm...Assalamualaikum selamat gini hari dan salam sejahtera.,.,.,

Sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu gw liat ada suatu yang biasa aja..yaitu blog..
semua orang waktu itu mulai menjamur sama kaya friendster di akhir tahun 2003..
biasa lah Indonesia....ga lifestyle, ga musik, ga fashion pasti semua tu kagetan......
Trus yg gw liat dari blog itu sama aja kaya buku diary kali ya...emang dasarya gw ga suka nulis jadi gw pikir itu biasa ajaa..,,
Malah gw berfikir "ni orang-orang ko so asik yahh..,.nulis2 gitu"...yah biasa lah..namanya juga bocah SMA yg sotoy,,,,,,hahaha
cmn skarang gara2 kuliah trus ada waktu itu gw denger dari orang bahwa orang yang berhasil di hidupnya itu salah satunya adalah orang yang berhasil mengungkapkan apapun yang difikiranya ke dalam suatu tulisan..
bener juga sihh...
paper, karya ilmiah, dan lain2 adalah contohnya..
trus gitu deh.,.,.,.,
Masuk dunia kuliah semakin banyak kejadian2 yang mewajibkan kita untuk membuat suatu tulisan.,.,akhirnya di penghujung tahun kelulusan ini(hahaha aammieenn...) gw disadarkan oleh tmen gw gini "ja..bikin blog ja...seengganya ilmu yang lo dapet di prasmul ga ilang begitu aja.,..soalnya kalo lo nulis, kemungkinan ilmu atau pelajaran yang bakal lo lupa itu jadi kecl"..
akhirnya apa salahnya gw coba...hahahahaha
ini lah tulisan gw pertama kali.,.,,,

hohohohoho


1. The Law of Leadership
Salah satu issue dari marketing adalah untuk menjadikan suatu produk sebagai first mover dalam kategori yang dibuatnya. Brand pertama yang masuk dalam suatu pasar akan lebih dikenal dan diingat daripada brand yang masuk setelahnya. Bahkan, brand tersebut dapat dijadikan sebagai “label” untuk produk-produk lain.



Contoh yang kita kenal adalah Aqua. Di Indonesia, Aqua sudah memberikan label yang kuat untuk kategori produk air minum dalam kemasan (air mineral). Pada umumnya konsumen akan menyebut nama Aqua untuk membeli air minum dalam kemasan, walaupun mungkin yang dibeli adalah produk dari brand lain. Untuk menciptakan brand yang lebih kuat dari Aqua, pengorbanan yang harus dikeluarkan tidaklah sedikit.

Suatu produk yang dibuat dengan meniru produk lain, biasanya akan memiliki brand yang lebih lemah dan mengalami kesulitan ketika bersaing dengan first mover. Leading brand dari suatu kategori produk biasanya adalah brand yang pertama kali masuk.

Neil Armstrong dikenal sebagai orang yang pertama mendarat di bulan. Siapakah yang kedua?

2. The Law of Category
Apabila produk yang dibuat tidak dapat menjadi yang pertama dalam suatu kategori, buatlah kategori yang baru dimana produk dapat menjadi yang pertama. Apabila ingin meluncurkan suatu produk, terkadang yang menjadi pemikiran adalah, “ Bagaimana produk dapat bersaing dengan kompetitor? Apa benefit lebih yang ditawarkan oleh produk?”. Namun, menurut law of category, yang seharusnya dipikirkan adalah “ Apa kategori yang memungkinkan produk ini menjadi yang pertama?”

Jadilah yang pertama dalam kategori yang Anda buat sendiri. Tujuannya adalah untuk menjadi yang pertama dalam benak konsumen.

3. The Law of The Mind
Marketing merupakan suatu perang dalam memenangkan benak dan pemikiran konsumen. Produk hanya merupakan suatu alat pendukung dari tujuan tersebut. Ketika benak konsumen sudah terbentuk terhadap suatu produk, maka sangatlah sulit untuk mengubahnya.

IBM bukanlah yang pertama dalam masuk ke dalam market mainframe computer, tetapi Remington Rand. Tetapi mengapa nama IBM lebih dikenal? Apakah hukum ini bertentangan dengan hukum pertama?

Law of the mind memodifikasi hukum yang pertama. Hukum ini memberitahukan bahwa lebih baik menjadi yang pertama masuk dalam benak konsumen daripada menjadi yang pertama masuk ke pasar.

4. The Law of Perception
Banyak yang berpikir bahwa produk yang baik pada akhirnya akan unggul dalam suatu pasar. Namun pola pikir tersebut sebaiknya dimodifikasi. Dalam marketing, sebenarnya yang terjadi adalah perang dari segi persepsi.

Segala sesuatu yang ada bersifat relatif dan subjektif. Penilaian baik atau buruk terhadap sesuatu selalu bersifat subjektif. Maka dalam marketing dikenal istilah customer value yang terdiri dari perceived benefit dan perceived risk. Yang perlu digaris bawahi adalah kata perceived. Konsumen selalu melihat dari sudut pandangnya sendiri. Ia melihat apa yang ia lihat, mendengar apa yang ingin ia dengar dan mempercayai apa yang ingin ia percayai.

Kita sendiri telah melihat banyak bukti bahwa produk yang lebih baik tidak dapat mengalahkan produk lainnya karena ia kalah dari segi persepsi. Maka, menangkanlah persepsi konsumen Anda.

5. The Law of Focus
Suatu perusahaan akan menjadi sangat berhasil apabila dapat menancapkan suatu image tertentu dalam benak konsumen. Image tersebut dapat berasal dari value ataupun benefit yang ditawarkan oleh suatu produk. Image tersebut sebaiknya simple, terdiri dari 1 kata dan benefit oriented.

Ide atau pemikiran dalam proses pembuatan brand dan produk sangatlah kompleks, namun keseluruhan ide tersebut tidak dapat ditangkap dengan baik oleh konsumen. The law of focus memberitahukan agar ide- ide tersebut sebaiknya diringkas dan dipadatkan menjadi 1 kata untuk ditancapkan ke dalam benak konsumen sehingga ketika konsumen mengingat brand tersebut, konsumen dapat mengingatnya dengan jelas.

Contoh : Pepsi-cola identik dengan kata “youth” dan Volvo identik dengan kata “safety”


6. The Law of Exclusivity
Apabila terdapat suatu perusahaan A yang telah dengan kuat menancapkan posisinya di benak konsumen, maka sangatlah sulit bagi perusahaan lain untuk menancapkan posisi yang sama. Semakin banyak perusahaan yang mencoba, maka konsumen akan semakin merasa bahwa posisi / benefit / word tersebut sangatlah penting. Dan yang terjadi adalah perusahaan lain seakan-akan mendukung perusahaan A karena A – lah yang pertama masuk di benak konsumen.

Banyak perusahaan yang gagal karena melanggar hukum ini. Alasannya adalah pemikiran konsumen akan suatu brand sangat sulit diganti dengan brand lain.

Dalam benak konsumen, McDonald sudah identik dengan kata fast / cepat. Berdasarkan market study, kita mengetahui bahwa komponen yang paling penting untuk rumah makan cepat saji adalah fast / cepat. Coba Anda bayangkan, berapakah cost yang harus dikeluarkan untuk menggeser McDonald dengan nama perusahaan lain sehingga kata fast/cepat menjadi milik perusahaan tersebut?

7. The Law of the Ladder
Produk dari suatu brand akan sangat berbeda dengan produk dari brand lainnya. Tidak ada satupun produk yang diciptakan identik dengan produk lain. Maka dari itu, di benak konsumen akan terdapat ladder / tangga yang mengurutkan brand tertentu pada setiap kategori.

Pertanyaan berikutnya adalah berapakah maksimum tingkatan yang diingat oleh konsumen? Menurut Dr. George A. Miller (psychologist dari Harvard), manusia pada umumnya mengalami kesulitan untuk mengingat lebih dari 7 item / hal dalam suatu waktu. Maka dari itu, angka 7 sangatlah umum digunakan, misalnya 7 keajaiban, nomor telepon (7 digit),dll.

Banyak brand yang mengaku bahwa mereka adalah yang terbaik. Namun kenyataannya, mereka bukan yang pertama dalam benak konsumen dan mereka telah melanggar the law of the ladder. Apabila suatu brand berada dalam posisi ke 2 atau ke 3, yang sebaiknya dilakukan adalah mengakui posisi tersebut dan menghubungkan posisi tersebut pada strategi marketingnya.

Apakah Anda pernah mendengar slogan yang berbunyi ,” Kami bukanlah yang pertama, tapi kami memberikan service yang lebih baik.” atau .” Kami akan menjadi no 1.” Demikianlah beberapa strategi yang dapat digunakan.